Menyakitkan ketika disalahkan karena terlalu sayang. Apalagi segala yang kulakukan dianggap sogokan untuk membuatnya tetap tinggal.
Aku mencintainya dengan biasa saja. Setiap yang kulakukan tidak ada yang kubuat-buat untuk terlihat sebagai yang terbaik di antara yang lain, karena dia bukan piala bagiku. Setiap yang kulakukan bukan untuk menunjukkan bahwa akulah pemenang dan ingin mempertahankan kemenangan itu. Tidak, karena mendampinginya bukanlah kompetisi.
Aku mencintainya dengan biasa saja. Semua yang kulakukan adalah semata-mata karena aku mau. Aku mau dia tidak kelelahan, maka kuingatkan untuk istirahat. Aku mau dia tetap sehat, maka kupersiapkan semua yang bisa menjaganya kala jauh dariku. Entah sekotak sarapan, minyak untuk menyembuhkan pusing ataupun sakit perutnya -karena dia tak suka minum obat-, dan apapun asal itu bisa membuatnya tetap baik-baik saja. Aku mau mendapatkan ketenanganku sendiri dan itu bisa kudapat dengan membuatnya senang, maka kulakukan.
Aku mencintainya dengan biasa saja. Aku hanya tidak suka melihatnya kesusahan sendirian. Itu saja.
Maka ketika dia memilih pergi,
dia pergi pada saat semua telah kulakukan untuknya.
