![]() |
| Sumber Foto: Google |
"Capek nggak?"
"Nggak. Aku seneng,"
"Yang bener?"
"Bener. Soalnya nggak ada yang kenal kita di sini,"
"Nggak bakal ada tatapan sinis?" Tanyanya sambil menirukan cara orang-orang menatap sinis.
Aku mengangguk dengan semangat.
"Kalian mau nukar Tuhan dengan cinta?" Ucapnya, yang lagi-lagi menirukan kalimat beberapa teman.
Aku tertawa. Dia pun ikut tertawa.
Kemudian kami terus berjalan sambil mengubur getir dalam-dalam. Sebenarnya, meskipun kami terlihat biasa-biasa saja dan tidak peduli, dalam pikiran kami yang mendalam -kami tak pernah bisa lepas dari pikiran itu. Namun, tak tahu juga bagaimana cara menyelesaikannya.
Tiba-tiba, aku merasakan genggaman yang lebih erat dari tangannya. Dia tak menoleh ke arahku, apalagi mengucapkan kata-kata. Namun, aku tahu, dia sedang memintaku untuk menikmati perjalanan ini.
Iya! Kita memang harus menikmati perjalanan ini. Jadikan dunia ini milik kita berdua saja. Kita sama-sama memiliki rasa dan telah bersepakat untuk melangkah dengan cara kita. Maka, orang lain hanyalah orang-orang asing yang memang sewajarnya akan bicara semau mereka. Mereka tidak tahu aturan main yang kita jalankan. Maka, cukup diam saja dan berjalan di jalur kita.
Kita akan tetap menemukan ujung dari perjalanan ini, entah yang baik atau yang tak pernah berani kita bayangkan.


